Mi Jawa harga murah
Warung mi jawaku kini ada saingannya yaitu rumah makan aceh nikmat yang letaknya tepat bersebelahan dengan warungku. Di rumah makan tersebut buka 24 jam, jualannya antara lain ada mi aceh. Tanggal 20 Juli 2008 yang lalu baru buka pertama. Banyak tamu dari saudara-saudara pemiliknya. Kata tetanggaku harganya mahal, dua kali lipat harga mi di warung mi jawaku.
Aku jadi ingat waktu pertama kalinya warung mi jawa dibuka, setiap hari menunggu tamu yang tak kunjung datang. Makin lama orang semakin tahu rasanya, sehingga orang pada balik lagi, dan ada yang bawa temen, bawa saudara. Waktu itu setahun bener-bener sepi, yang penting pendapatan bisa untuk membiayai warungnya sendiri. Lama kelamaan rame juga. Aku ingin meningkatkan mi jawaku, tapi penjualnya alias juru masaknya masih berpikiran sederhana. Dia takut kalau ada orang lain, bisa-bisa tidak cocok. Padahal kami sudah sarankan dia tinggal bikin bumbunya dan ngontrol saja, jadi ada beberapa juru masak. Ya sudahlah... memang orang tua masih berpikiran lugu, cukup segitu ajalah katanya. Sekarang ini warungnya masih tetap kecil, tapi orang-orang bilang disitu enak, sampai yang beli ngantri. Dan yang penting masih murah harganya, rata-rata delapan ribu rupiah.
Warung mi jawaku kini ada saingannya yaitu rumah makan aceh nikmat yang letaknya tepat bersebelahan dengan warungku. Di rumah makan tersebut buka 24 jam, jualannya antara lain ada mi aceh. Tanggal 20 Juli 2008 yang lalu baru buka pertama. Banyak tamu dari saudara-saudara pemiliknya. Kata tetanggaku harganya mahal, dua kali lipat harga mi di warung mi jawaku.
Aku jadi ingat waktu pertama kalinya warung mi jawa dibuka, setiap hari menunggu tamu yang tak kunjung datang. Makin lama orang semakin tahu rasanya, sehingga orang pada balik lagi, dan ada yang bawa temen, bawa saudara. Waktu itu setahun bener-bener sepi, yang penting pendapatan bisa untuk membiayai warungnya sendiri. Lama kelamaan rame juga. Aku ingin meningkatkan mi jawaku, tapi penjualnya alias juru masaknya masih berpikiran sederhana. Dia takut kalau ada orang lain, bisa-bisa tidak cocok. Padahal kami sudah sarankan dia tinggal bikin bumbunya dan ngontrol saja, jadi ada beberapa juru masak. Ya sudahlah... memang orang tua masih berpikiran lugu, cukup segitu ajalah katanya. Sekarang ini warungnya masih tetap kecil, tapi orang-orang bilang disitu enak, sampai yang beli ngantri. Dan yang penting masih murah harganya, rata-rata delapan ribu rupiah.
No comments:
Post a Comment
Comment here, please